Get me outta here!

Selasa, 22 Maret 2016

Resensi Novel Edensor

RESENSI NOVEL EDENSOR


Judul novel                              : Edensor
Nama penulis                          : Andrea Hirata
Penerbit                                  : PT Bentang Pustaka
Tahun terbit                            : Cetakan pertama edisi revisi, Desember 2013    
Tebal buku/jumlah halaman   : 294

            Edensor adalah novel karya penulis sastra terkenal Andrea Hirata. Tokoh utama dari novel ini masih sama dengan novel sebelumnya yaitu Ikal yang berubah nama menjadi Andrea dan Arai. Edensor sendiri adalah tetralogi ketiga Laskar Pelangi. Dan pastinya setiap novel memiliki kekurangan atau kelebihan, sama halnya dengan novel Edensor ini.
Novel Edensor dapat menginspirasi dan memotivasi pembaca untuk belajar dengan giat, berusaha dengan gigih, menangani bergagai macam masalah yang ada di mana-pun kita berada. Tak hanya ceritanya yang bagus dan menarik, novel ini mengajarkan kita untuk menjadi orang yang selalu semangat berpengharapan baik (optimis). Dan juga, mengajarkan kita cara hidup di negeri orang. Novel ini menceritakan mimpi dan keinginan yang besar untuk memperoleh atau menjadi sesuatu (ambisi). Novel ini mengandung banyak kata yang singkat dan asing di mata, juga sulit dimengerti apa maksud dari kata tersebut.
Sayangnya, novel ini tidak fokus pada satu cerita, dan ada banyak kisah yang diceritakan dalam novel ini. Banyak kisah yang sebenarnya tidak seberapa perlu dan tidak seberapa penting.
Edensor menceritakan tentang kehidupan Ikal dan Arai. “Murid-muridku, berkenanlah, jelajahi Eropa, jamah Afrika, temukan mozaik nasibmu di pelosok-pelosok dunia. Tuntut ilmu sampai ke Sorbonne di Prancis, saksikan karya-karya besar Antoni Gaudi di Spanyol.” Kalimat yang diucapkan Pak Balia, guru sastra SMA mereka berdua yang memotivasi Ikal dan Arai untuk mendapatkan beasiswa. Dan akhirnya mereka berhasil mendapat beasiswa Uni Eropa. Sebelum pergi ke negara penjajah Indonesia yaitu Belanda, Ikal dan Arai berpamitan kepada A Ling dan Zakiah Nurmala, gadis yang mereka sukai.
Beberapa waktu kemudian, kuliah Ikal dan Arai dimulai. Jadwal memadati kegiatan mereka berdua. Saat kuliah mereka menjumpai orang-orang dari berbagai belahan dunia, orang-orang yang berbeda sifatnya, orang-orang yang berbeda kepercayaannya, dan orang-orang yang berbeda kebiasaannya. Serta, yang pasti orang-orang yang berbeda kecerdasannya dan cara berpikirnya. Selain menuntut ilmu pengetahuan di negeri kincir angin tersebut, mereka berdua juga belajar akan perbedaan yang ada.
Saat masa pertengahan kuliah, Ikal, Arai, dan beberapa temannya dilingkupi rasa kebosanan, sehingga mereka memutuskan untuk taruhan mengelilingi Eropa dalam jangka waktu 3 bulan. Ikal sangant mencintai dan merindukan A Ling. Namun, ia tidak mengetahui keberadaan A Ling saat itu. Kata A Kiong sepupu A Ling, mungkin A Ling di Singapura atau di Eropa untuk belajar merancang busana, sesuai cita-citanya dulu. Hal itu yang membuat Ikal bersemangat mengelilingi Eropa untuk mencari dan menemukan A Ling. Saat di tengah perjalanan, Arai terserang penyakit pernapasan akut, sehingga harus kembali ke Indonesia. Ikal memutuskan untuk kembali ke apartemennya di Prancis. Ikal tidak dapat menemukan A Ling meskipun ia sudah bekerja keras mencari pujaan hatinya tersebut.
Terdengar kabar bahwa tak lama lagi dosennya pensiun. Ikal diminta ikut ke sebuah tempat bernama Sheffield di Inggris. Selama perjalanan Ikal melewati desa yang sangat indah dan akhirnya sampai.selang beberapa waktu, Ikal hendak ke rumah profesor Hopkins Turnbull. Ia memencet bel berkali-kali sehingga seorang wanita yang kira-kira berusia lima puluh tahun berdiri di ambang pintu langsung tahu bahwa orang yang ada di depannya tersebut bernama Andrea, seraya berkata bahwa profesor Hopkins tadi menunggunya tapi tiba-tiba profesor Hopkins dipanggil ke kampus. Akhirnya Andrea pergi berkeliling menaiki bus, tak lama kemudian ia bergegas meminta sopir berhenti dan keluar dari bus. Ribuan fragmen ingatan terhadap keindahan tampat tersebut selama belasan tahun, tiba-tiba tersintetis persis di depan matanya. Andrea bertanya kepada seorang ibu yang lewat dan bertanya apakah nama tempat tersebut, lalu ibu tersebut menjawab tempat itu namanya Edensor.


0 komentar:

Posting Komentar